Serial Workshop "Paradigma Baru dalam Penilaian Hasil Belajar (AN-AKM) Sesi III : Pahami Rancangan Mengajar Efektif dan Aplikatif Berorientasi Soal AKM”

Halo Sobat Kupuku! Wah, tidak terasa ya Serial Workshop Pendidikan “Paradigma Baru Penilaian Hasil Belajar (AN-AKM)” telah masuk ke dalam sesi terakhir. Sesi III yang bertajuk “Pahami Rancangan Mengajar Efektif dan Aplikatif Berorientasi Soal AKM” membahas lebih dalam bagaimana kiat membuat soal AKM yang mudah diterapkan.
Seperti dua sesi sebelumnya, Dr. Dwi Ilham Rahardjo, M.Pd (Pakar Pendidikan dan Widyaiswara LPMP Jawa Timur) memberikan contoh konkret bagaimana jenis soal AKM serta lembar kerja yang bisa menstimulus peserta untuk memahami lebih dalam mengenai soal berbasis AKM.
Dalam presentasinya, Ilham selaku narasumber menyebutkan bahwa saat ini guru harus bisa membedakan level soal sesuai dengan ketentuan berikut :
Soal Kognitif Literasi
Level 1 – Menemukan informasi, mencari, mengakses serta menemukan informasi tersurat dari wacana.
Level 2 – Interpretasi dan integrasi, memahami informasi tersurat maupun tersirat, memadukan interpretasi antar bagian teks untuk menghasilkan inferensi.
Level 3 – Evaluasi dan refleksi, menilai kredibilitas, kesesuaian maupun kepercayaan teks serta mampu mengaitkan isi teks dengan hal lain di luar teks.
Soal Kognitif Numerasi
Level 1 – Pemahaman, memahami fakta, prosedur serta alat matematika.
Level 2 – Penerapan, mampu menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata yang bersifat rutin.
Level 3 – Penalaran, bernalar dengan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah bersifat non-rutin.
Fakta menariknya, soal literasi dan numerasi dapat diintegrasikan dengan semua mata pelajaran. Hal ini menjawab kebingungan para guru mata pelajaran selain literasi dan numerasi dalam membuat soal berbasis AKM. Ketika selesai pemaparan, kesempatan tanya jawab pun diberikan kepada peserta. Salah satu pertanyaan menarik disampaikan oleh Edi Arham dari Konawe, Sulawesi Selatan;
“Dalam menyusun soal berbasis literasi dan numerasi, yang saya pahami kita dapat mengintegrasikan kedua konsep soal tersebut. Tapi kita harus hati-hati. Jangan sampai ketika kita mengintegrasikan suatu soal yang menonjol adalah soal numerasinya padahal ini soal IPS atau Penjas. Sampai mana batasan mengintegrasikan kedua soal ini di luar mata pelajaran numerasi dan literasi?,” Ujar Edi.
“Betul sekali. Jadi guru non-matematika jangan take over mengambil peran guru matematika. Jadi sebatas menggunakan konsepnya secara ‘alami’. Misalnya dalam soal PJOK terdapat soal menghitung denyut nadi serta selisihnya dari percobaan pemanasan pertama dan kedua. Itu sudah konsep selisih dalam numerasi. Contoh lain pada soal IPS, kita bisa memperlihatkan hasil penelitian dalam bentuk tabel atau data sebagai stimulus,” Jawab Ilham.
“Kalau tujuan asesmen menguji kemampuan membaca maka pembelajarannya harus membiasakan membaca,” Tambahnya.
Adapun soal berbasis AKM sifatnya haruslah “menghamba” pada siswa. Artinya soal yang dirancang bertujuan utama memenuhi kebutuhan belajar siswa secara mendalam. Hal ini pun sejalan dengan filosofi belajar dari Ki Hajar Dewantara dalam prasyarat pembelajaran sebagai berikut :
1. Adanya asesmen diagnostik (mengetahui tingkat pemahaman dan gaya belajar setiap siswa)
2. Tahap perkembangan dan karakteristik siswa
3. Pembelajaran ber-differensiasi (beranekaragam)
4. Pembelajaran holistic (menyeluruh)
5. Multi metode berpusat pada siswa
“Harapannya nanti guru bisa menanamkan konsep-konsep pembelajaran sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Inquiry Discovery Learning (belajar dengan menemukan) serta Project Based Learning (pembelajaran berorientasi pada praktik), “ Ungkap Ilham.
Ilham selaku narasumber juga menjelaskan bahwa penting bagi tenaga pendidik memahami cara membuat soal yang mendorong rasa antusiasme siswa. Orientasi berfokus pada proses belajar yang menyenangkan bukan hasil penilaian.
“Untuk menciptakan metode pembelajaran yang membuat anak antusias pertama-tama kita harus mempelajari dulu diagnostiknya. Nanti kita akan menemukan karakteristik anak itu. Ketahui dulu apakah kemampuannya masih lemah, sedang, ataukah sudah bagus. Metode belajar juga disesuaikan tiap anak. Salahnya kita selama ini kita sama ratakan satu metode untuk semua anak. Mungkin kalau ada anak auditori, maka sering diberi mendengarkan materi audio pembelajaran. Selain itu soal harus menarik dari sisi materi. Bahasa sederhana dan disertai gambar-gambar,” Papar Ilham.
Selama workshop yang dilaksanakan dalam tiga sesi, adapun pemaparan narasumber banyak membuat peserta merasa terbantu dalam memahami seluk beluk kebijakan Asesmen Nasional (AN) khususnya dalam membuat soal berbasis Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Salah satu peserta pun mengungkapkan rasa terima kasih atas terselenggaranya Serial Workshop Pendidikan ini.
“Terima kasih kepada narasumber yang sudah menyampaikan materi dengan sangat jelas dan mudah dipahami. Hal-hal yang menjadi pertanyaan dalam diri saya selama ini terkait AN-AKM sudah banyak terjawab. Terima kasih juga kepada tim penyelenggara.”
Sesi III pun bukan menjadi sesi penutup dalam kegiatan workshop ini. Sebagai tindak lanjut, Kupuku Indonesia sebagai penyelenggara workshop bersama Dwi Ilham Rahardjo, M.Pd akan melaksanakan kegiatan Training of Trainer (ToT) secara gratis untuk peserta workshop terpilih demi mendorong pemahaman agent of change (agen perubahan) yang jauh lebih mendalam dan menyeluruh.
Terima kasih untuk Sobat Kupuku yang selalu mendukung pelaksanaan praktik baik kami. Sampai jumpa di keseruan event selanjutnya, Sobat